ERDIKHA MORNING IDEA 10 MEI 2022
View PDF
10 May 2022

MARKET REVIEW & IHSG OUTLOOK

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup melemah pada level 6909. Indeks dibebani oleh sektor Technology (- 4.981%), Financials (-4.439%), Infrastructures (-3.372%), Basic Materials (-2.819%), Healthcare (-2.81%), Consumer Cyclicals (-2.505%), Industrials (-2.462%), Properties & Real Estate (-2.095%), Consumer Non-Cyclical (-1.925%), kendati ditopang oleh sektor Energy (0.231%), Transportation & Logistic (1.795%) yang mengalami penguatan yang kurang signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6810 dan level resistance 6950.

Kabar buruk yang terus membayangi dari Barat terkait inflasi yang dikhawatirkan memicu stagflasi ditambah konflik geopolitik yang makin meluas dengan berbagai sanksi ekonomi bisa memantik aksi jual besar-besaran di pasar keuangan. Aset-aset berisiko seperti saham akan tertekan. Apalagi aset-aset di negara berkembang seperti di Indonesia. Risiko outflow makin terlihat. Inflasi di Tanah Air yang sudah mencapai tingkat tertingginya sejak Agustus 2019, juga menjadi tanda kalau tidak lama lagi kemungkinan BI akan mengambil sikap dengan menaikkan suku bunga acuan agar menjaga pasar keuangan tetap menarik dan tentunya berdampak pada stabilitas nilai tukar rupiah.

Sentimen lain yang juga patut dicermati adalah bahwa tekanan jual di pasar saham dan obligasi sangatlah besar kemarin. Pasar saham Tanah Air sudah menguat signifikan sepanjang 2022. Mungkin ini juga menjadi saat investor terutama asing merealisasikan keuntungannya dan kembali ke kampung halaman yang lebih aman. Memang faktor positifnya adalah ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat dengan adanya kenaikan harga komoditas (commodity boom). 

Namun tetap saja, risiko outflow masih terbuka lebar apalagi dari pasar saham yang di sepanjang tahun ini kebanjiran dana asing cukup jumbo. Data perdagangan mencatat, secara year to date (ytd) asing net buy saham di pasar reguler senilai Rp 57,02 triliun. Belum lagi secara historis, kinerja IHSG di bulan Mei juga cenderung kurang mengesankan. Meskipun ungkapan Sell in May and Go Away tak sepenuhanya relevan, tetapi data historis cenderung menunjukkan adanya probabilitas yang tinggi IHSG mengalami koreksi di bulan Mei. 

Secara historis sejak tahun 2011-2021, rata-rata return bulanan IHSG memang minus 0,68% di bulan kelima. Probabilitas IHSG melemah di bulan Mei juga terbilang cukup tinggi yaitu sebesar 45%. Melihat kondisi historis, ketidakpastian seputar perkembangan perang Rusia-Ukraina hingga inflasi yang terus membayangi dan arah suku bunga acuan yang semakin naik ke depan. Bisa jadi ini pertanda bahwa investor harus lebih berhati-hati dalam mengelola portofolionya. Pasar obligasi dan saham boleh jadi bersahabat di tahun 2021. Namun bukan berarti kondisi tersebut akan langgeng karena pergerakan pasar juga dipengaruhi oleh siklus perekonomian. (source : CNBC Indonesia)